Fakta Viralnya Video Pemakaman Pasien COVID-19 di Blitar Tanpa APD Layak

Blitar - Video pemakaman pasien positif Corona tanpa APD standar viral di aplikasi percakapan. Apa yang terjadi sebenarnya?
Sementara Eki merupakan satu di antara enam orang yang tangan dan kakinya dibungkus tas plastik untuk menggali dan menguruk makam pasien positif Corona. Eki dan lima temannya tergabung dalam komunitas Kamulyan. Atau kawula muda lingkungan Satreyan, Kecamatan Kanigoro. Mereka tinggal di RT 2 RW 3, bertetangga dengan pasien positif Corona, pria yang meninggal pada Minggu (19/7) siang.
Setelah video itu viral, detikcom mengkonfirmasi kepada Camat Kanigoro Darmadi. Darmadi menyatakan benar jika pada hari itu memang ada warganya dari Satreyan meninggal dengan status positif terinfeksi Corona.
Namun saat ditanya gambar dalam video yang viral itu, Darmadi malah mengaku tidak tahu pasti. Karena saat video itu diambil, dia tidak berada di lokasi.
"Saya malah gak tahu, karena tidak di situ. Mungkin warga sekitar hanya merapikan gundukan tanah makamnya, setelah petugas meninggalkan makam," imbuhnya.Keterangan Camat Kanigoro ini dibantah Eki. Eki mengaku pada Minggu (19/7) sejak pukul 12.00 WIB, Kamulyan mendapatkan informasi dari Lurah Satreyan untuk menggali makam bagi jenazah positif Corona.
Karena jenazah belum datang, mereka pun bergotong royong menggali liang lahat. Usai liang lahat selesai, ambulans yang membawa jenazah merapat ke kuburan. Begitu melihat jenazah datang sekitar pukul 14.00 WIB, semua warga menjauh. Petugas ber-APD lalu memasukkan jenazah ke liang lahat dan pergi meninggalkannya begitu saja.
"Saya bingung kok gak diuruk tanah makamnya. Saya teriak-teriak ke petugas, woi pak...tolong diuruk sekalian makamnya. Tapi gak digubris. Jadi kalau pak camat bilang seperti itu, itu bullshit ! Dia tidak ada di lokasi saat kejadian," jawab Eki dengan emosi.
Eki pun kemudian menghampiri bidan desa menanyakan protap pemakaman jenazah Corona. Seperti yang dilihatnya di tivi, semua proses pemakaman dilakukan petugas ber-APD lengkap.
"Tapi jawabannya bidan, ooo itu kalau di kota mas karena gak ada orang. Kalau desa kan banyak orang yang membantu, jadi bisa dilakukan warga desa," ucap Eki menirukan jawaban sang bidan.
Lokasi makam kemudian ditinggalkan orang satu persatu. Tinggal lurah, bidan desa dan suaminya dokter serta Eki dan enam temannya. Lurah kemudian meminta mereka menguruk tanah makam yang masih terbuka. Karena tidak memiliki APD, mereka kemudian berinisiatif membungkus kaki dan tangan menggunakan kantong plastik.
"Kalau takut sejujurnya takut mbak. Tapi itu sudah jadi jenazah, masa masih dikucilkan. Kasihan mayatnya dibiarkan begitu saja. Sementara yang seharusnya bertanggung jawab mengurus itu, gak bertanggung jawab," ungkapnya.
Setelah kaki dan tangan mereka dibungkus kantong plastik, dengan berbesar hati mereka menguruk tanah makam dan merapikannya. Lurah, bidan dan suaminya kemudian pergi meninggalkan pemakaman. Dan tinggal enam pemuda Kamulyan inilah yang duduk terpekur sambil mendoakan jenazah. Menjelang Magrib mereka baru pulang.